Alhamdulillah kita telah
memasuki bulan Rajab 1433 H. Saat memasuki bulan Rajab ini Nabi SAW mengajarkan
kita untuk melantunkan do’a:
اللهم بارك لنا فى رجب و شعبان وبلغنا رمضان
Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana wa
ballighna Ramadhana.
“Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab
dan Sya’ban ini, dan sampaikanlah umur kami bertemu Ramadhan.”
Dalam lafadz do’a di atas terdapat kata
“berkahilah”. Apakah makna dari “berkah” itu?
Berkah memiliki makna ziyadatul hasan atau ziyadatul khair, yaitu
bertambahnya kebaikan. Sesuatu itu bisa disebut berkah manakala ada sebuah
peningkatan atau bertambahnya kebaikan yang dikarenakan sesuatu itu. Misalnya
seseorang memiliki keberkahan rizki, itu berarti rizki tersebut memberikan
tambahan kebaikan bagi dirinya dan orang lain.
Entah dengan rizki itu dia dapat menjalankan
ibadah dengan lebih baik, atau menunaikan hak orang-orang fakir dan miskin, dan
seterusnya. Yang jelas ada nilai kebaikan dari sesuatu itu, yang tentunya
kebaikan tidak hanya di dunia namun juga di akhirat. Kaitannya dengan bulan
Rajab dan Sya’ban ini, kita memohon kepada Allah keberkahan agar ada suatu
pertambahan kebaikan dalam diri kita. Sehingga nantinya juga siap dalam
memasuki sebuah masa tarbiyah selama sebulan yang telah diprogramkan Allah
secara rutin.
Sungguh apa yang terkandung didalam doa diatas
adalah kuat secara makna. Bagaimana tidak? doa tersebut tidak lain dan tidak
bukan adalah gambaran sekaligus anjuran bagaimana kita menyambut dan merindukan
ramadhan, bahkan lebih jauh lagi menyiapkan diri dan banyak hal untuk menyambut
kedatangan bulan mulia tersebut. Semangat dan kerinduan menyambut Ramadhan,
adalah gambaran para sahabat secara umum dalam kesehariannya. Ibnu Rajab
meriwayatkan bagaimana kondisi para sahabat
Rasulullah SAW terkait Ramadhan:
كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ
أَشْهُرٍ أَنْ يَبْلُغَهُمْ شَهْرَ
رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ ”
رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ ”
Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan. Kemudian mereka pun berdo’a selama 6 bulan agar amalan yang telah mereka kerjakan diterima oleh-Nya.” (Kitab Lathaaiful Ma’arif ). Maka hal inilah yang harus senantiasa kita utamakan dan ambil inspirasinya.Tidak hanya terjebak dalam lafal doa semata tanpa kesiapan riil dalam amal dan perbuatan. Syeikh Abdul Karim bin Abdulah al-Khudair pernah ditanya tentang seorang yang berdoa dengan “Allahuma bariklana fi rojaba wa sya’bana wa ballighna romadhon “.Maka beliau menjawab dengan tenang: Semoga Allah memberikan pahala kepadanya. Memang hadits (doa) ini tidak kuat sanadnya, namun jika seorang muslim berdoa kepada Allah SWT agar menyampaikannya bulan Ramadhan, dan memberikan taufiq dalam mengamalkan puasa dan tarawih di dalamnya, dan mendapatkan lailatul qadar, atau berdoa dengan doa mutlak yang lainnya. Maka hal ini insya Allah boleh dan tidak mengapa".Ibnu Rojab masih dalam kitab yang sama, ketika menjelaskan hadits di atas memberikan pelajaran agung kepada kita: Dalam hadits ini terdapat dalil tentang anjuran berdoa minta panjang usia agar mendapati waktu-waktu yang mulia, agar dapat menjalankan amal sholih di dalamnya.Sesungguhnya seorang muslim tidaklah bertambah usianya kecuali untuk kebaikan, dan sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan banyak amalnya.
Sumber : www.bersamadakwah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar